Abu Batubara Lebih Radioaktif dari Sampah Nuklir

Konsep populer mengenai energi nuklir dengan jelas diperlihatkan pada The Simpson.

Batubara, dianggap bertanggungjawab atas beberapa masalah, seperti kecelakaan pada pertambangan, hujan asam, dan emisi gas rumah kaca.

Selama beberapa dekade, sejumlah penelitian membuat berbagai pertanyaan. Yang akhirnya berujung pada satu kesimpulan yang mengejutkan: sampah yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga batubara ternyata lebih radioaktif daripada yang dihasilkan dari sampah nuklir. Faktanya, abu yang berterbangan produk yang dihasilkan dari pembakaran batubara untuk menghasilkan energi mengandung 100 kali radiasi daripada sampah nuklir.

Sebagai tambahan, batubara ternyata mengandung uranium dan thorium, keduanya merupakan elemen radioaktif. Namun, pada wujud batubara kedua unsur tersebut masih pada batas aman, atau setidaknya bukan suatu masalah. Namun, ketika batubara dibakar sehingga menjadi abu, uranium dan thorium terkonsentrasi menjadi 10 kali lipat dari kondisi awalnya.

Abu uranium tersebut terkadang bercampur dengan tanah dan air yang berada disekitar pembangkit listrik tenaga batubara, mempengaruhi lahan pertanian, yang akhirnya, mempengaruhi makanan. Orang-orang yang berada pada daerah rawan (stack shadow) yaitu daerah yang berada pada jarak 0,5 hingga 1 mil (0,8 hingga 1,6 km) dalam radius dari sumber asap pembangkit listrik tenaga batubara kemungkinan mengidap sejumlah kecil radiasi. Abu tersebut juga mungkin terdapat pada tambang, yang membuat resiko yang sangat potensial bagi orang-orang yang tinggal di sekitar area tersebut.

Pada paper yang ditulis tahun 1978 untuk science, J. P. McBride dari Oak Ridge National Laboratory (ORNL) dan rekannya meneliti kandungan uranium dan thorium pada abu dari pembangkit energi batubara di Tennessee dan Alabama. Untuk menjawab pertanyaan seberapa berbahayakah pengaruh abu ini, ilmuwan memperkirakan radiasi disekitar pembangkit energi tenaga batubara ini dan membandingkan dengan nilai radiasi disekitar pembangkit energi tenaga uap air dan pembangkit energi tenaga tekanan air.

Hasilnya, dosis radiasi dari orang-orang yang berada disekitar pembangkit energi tenaga batubara ternyata sama atau lebih besar dari orang-orang yang tinggal disekitar fasilitas nuklir. Pada salah satu keadaan yang ekstrim, ilmuwan mendapati radiasi abu pada tulang seseorang adalah sekitar 18 milirem pertahun (seperseribu rem, merupakan satuan dosis dari radiasi ionik). Sebagai pembanding, dosis dari dua pembangkit energi tenaga nuklir, berkisar antara 3 dan 6 milirem untuk periode yang sama. Dan ketika seluruh makanan tumbuh di area di sekeliling pembangkit, dosis radiasi menjadi 50 hingga 200 persen lebih banyak pada pembangkit energi tenaga batubara daripada pembangkit energi tenaga nuklir.

McBride dan asistennya menyatakan seseorang yang tinggal dekat pembangkit tenaga batubara memiliki maksimum 1,9 milirem radiasi abu tiap tahunnya. Sebagai gambaran, rata-rata seseorang mencatat 360 milirem dari radiasi background yang didapat dari sinar kosmik, residu nuklir, dan detektor asap.

Dana Christensen, direktur asosiasi lab untuk energi dan teknik di ORNL, mengatakan bahwa resiko kesehatan dari radiasi batubara ternyata rendah. Resiko lain seperti tersambar petir, tambahnya, adalah tiga atau empat kali lebih besar daripada efek kesehatan dari radiasi pembangkit tenaga batubara. McBride dan asistennya menyatakan bahwa produk lainnya, seperti emisi dari hujan asam yang menghasilkan sulfur dioksida dan kabut asap membentuk oksida nitrat, memberikan resiko kesehatan yang lebih besar daripada radiasi. US Geological Survey (USGS) memberikan database online dari abu berdasarkan kandungan uraniumnya untuk daerah-daerah diseluruh Amerika Serikat. Pada beberapa area, abu mengandung sedikit uranium daripada beberapa batuan biasa. Pada Tennessee Chattanooga misalnya, terdapat banyak uranium pada batuan fosfat.

Robert Finkelman, kordinator USGS sebelumnya dari bagian kualitas batubara yang menyaksikan penelitian pada uranium di dalam abu pada 1990, memperkirakan bahwa untuk rata-rata orang hanya memiliki kurang dari 0,1 persen dari total perkiraan radiasi background. Berdasarkan kalkulasi USGS, membeli rumah di daerah rawan (stack shadow) meningkatkan jumlah radiasi maksimum 5 persen. Tapi tetap kurang bila dibandingkan dengan keadaan radiasi sinar-X normal pertahun.

Lalu mengapa sampah batubara muncul begitu radioaktif? Ini menjadi suatu materi bahasan penting: kemungkinan dari efek kesehatan yang dialami dari radiasi ternyata kecil baik pada pembangkit tenaga nuklir maupun tenaga batubara. Entah bagaimana kita dapati lebih tinggi pada batubara. Kita membicarakan tentang satu kemungkinan dari sejuta kemungkinan untuk pembangkit tenaga nuklir, ujar Christensen. Satu dari 10 milyar hingga seratus milyar kemungkinan untuk pembangkit tenaga batubara.

Radiasi dari uranium pada batubara mungkin hanya bentuk khusus resiko kesehatan bagi para penambang, jelas Finkelman. Ini lebih pada bahaya pekerjaan daripada bahaya lingkungan ecara umum, ia mengatakan. Penambang dikelilingi oleh batu dan air tanah dan juga radon.

Negara berkembang seperti India dan Cina tetap melaksanakan pemangkasan pembangkit tenaga batubara dalam satu hari setiap 7 hingga 10 hari. Namun Amerika Serikat tetap menggantungkan setengah dari seluruh pasokan listriknya dari batubara. Pembangkit tenaga batubara tetap memiliki masalah: mereka menghasilkan gas rumah kaca yang berbahaya.

Dengan seluruh dunia sekarang berfokus pada perubahan iklim, tenaga nuklir mendapat respon hangat. Cina menyatakan untuk membuat kapasitas nuklirnya 4 kali lipat menjadi 40.000 megawatt pada 2020, dan AS mungkin akan membuat kuranglebih sebanyak 30 reaktor baru dalam beberapa dekade mendatang. Tapi, meskipun resiko keruntuhan inti nuklir sangat rendah, hal tersebut masih menimbulkan dampak pencarian sumber tenaga nonkarbon lainnya.

http://www.kucingfisika.com/

Faktor Pencemaran Lingkungan dan Gangguan Kesehatan Akibat Nuklir

Pada setiap bulan Agustus, kita selalu diingatkan pada peristiwa jatuhnya bom atom (nuklir) di Hirosima dan Nagasaki. Hampir diperkirakan 100.000 orang menderita cirera. Tulisan ini dimaksudkan untuk membuka mata masyarakat luas akan kemungkinan terjadinya kecelakaan PLTN serta bahaya lingkungan dan kesehatan yang timbul ternyata cukup serius daripada yang diperkirakan sebelumnya. Terbukti bahwa secara rata-rata untuk seorang yang tinggal sampai 1 km dari sebuah reaktor nuklir, dosis radiasi yang diterimanya dari bahan-bahan yang dipakai di reaktor tersebut adalah kurang dari 10% dari dosis radiasi alam (dari batuan radioaktif alami, sinar kosmis, sinar-sinar radioaktif untuk maksud-maksud medis) .

Kalau untuk tambang-tambang batubara dikenal istilah “black lung”, di mana partikel batubara yang terhirup oleh para pekerja tambang mengendap di paru-paru dan menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan, para pekerja di tambang Uranium (bahan utama untuk bahan bakar PLTN) terutama terkena radiasi dari Carbon 14 (C-14) dan gas Radon yang terpancar dari Uranium alam. Dari data statistik didapat bahwa kedua jenis radiasi ini menelan korban jiwa kurang lebih 1 orang tiap 20 juta MWH listrik yang dihasilkan PLTN per tahun.

Prinsip Kerja PLTN

Dalam reaktor nuklir terjadi proses pemecahan inti atom atau yang lebih dikenal dengan proses fussion, yaitu bahan bakar dipecah dengan penembakan neutron. Pemecahan ini menghasilkan energi dan partikel-partikel. Energi yang dihasilkan sangat besar, yaitu sekitar 200 MeV, dan partikel dasar yaitu photon, elektron, dan neutron. Neutron yang baru terbentuk ini akan menembak atom disampingnya. Demikian seterusnya sehingga reaksi ini dinamakan reaksi berantai (chain reaction).

Tipe reaktor nuklir di dunia kebanyakan adalah tipe LWR (Light Water Reactor), tipe ini menggunakan air biasa sebagai moderator (pengontrol kecepatan neutron) sekaligus menghasilkan uap air yang kemudian digunakan untuk menggerakan turbin. Di Amerika, BWR (Boiling Water Reactor) dan PWR (Pessurized Water Reactor) adalah jenis LWR yang banyak digunakan.

Sistem Pengamanan

Agar keamanan dapat terjamin sebuah reaktor harus dilengkapi dengan sarana pengontrol reaksi berantai dan sarana pendingin serta sarana pengolahan bahan bakar. Berbeda dengan reaksi kimia biasa, reaksi nuklir terjadi secara terus menerus/berrantai. Energi yang dihasilkan ditentukan dari kecepatan terjadinya pemecahan inti atom. Dalam mengontrol terjadinya reaksi ini, neutron yang mempunyai kecepatan tinggi harus diperlambat, hal ini dapat dilakukan dengan bahan yang disebut moderator. Beberapa contoh moderator adalah H2O (light water), D2O (heavy water, graphite dan lain-lain. Selain itu ada pula yang dinamakan absorber yang berfungsi untuk menyerap neutron seperti Baron, Xenon dan senagainya. Dengan cara mengontrol kadar moderator kita dapat mengontrol reaksi nuklir.

Sarana lain yang tidak kalah pentingnya adalah pengontrol panas dari reaktor. Sebuah reaktor nuklir akan bekerja normal apabila berada dalam keseimbangan panas (thermal equilibrium). Biasanya masalah ini dapat ditanggulangi oleh bentuk dan struktur reaktor itu sendiri yang memungkinkan panas dapat dialirkan dan dihilangkan secara alamiah. Perubahan beban kerja akan mempengaruhi reaksi sehingga akan mempengaruhi panas yang terjadi. Tetapi selama perubahan ini terjadi secara perlahan-lahan keseimbangan panas reaktor akan tetap terjaga. Dalam desain permulaan harus diperhitungkan perubahan panas yang terjadi pada saat-saat darurat, dalam hal ini mungkin diperlukan tambahan alat pendingin.

Bagian penting lainnya adalah sungkup reaktor. Bagian luar reaktor harus dibangun lapisan yang kuat, lapisan ini berfungsi untuk menjaga reaktor dari gangguan luar dan sekaligus untuk menjaga agar radiasi dapat dikurung di dalam sungkup reaktor saja apabila terjadi kebocoran dalam reaktor.

Dalam desain seluruh sistim pengaman ini ada beberapa kriteria penting yang harus dipenuhi, misalnyae single falure criteria, dimana kegagalan satu bagian tidak boleh mengakibatkan kegagalan bagian lain, dan multi barrier concept atau sistem pengaman berlapis. Perkembangan teknologi modern yang pesat belakangan ini, terutama dalam bidang komputer adalah sangat besar artinya dalam menjamin terpenuhinya kriteria-kriteria ini. Kegagalan dapat saja terjadi, namun dengan bantuan komputer tiap kesalahan dapat dideteksi dengan cepat dan langkah-langkah yang perlu dapat diambil sedini mungkin untuk menghindari kegagalan total.

Pengalaman Buruk

Kekhawatiran masyarakat terhadap PLTN bukanlah tanpa alasan, telah terjadi beberapa kecelakaan dalam sekala kecil maupun besar. Pada tanggal 28 Maret 1979, telah terjadi kecelakaan yang relatif kecil di TMI (Three Mile Island)-AS, operator tidak menyadari bahwa mereka telah melakukan prosedur yang salah sehingga mengakibatkan reaktor terlalu panas dan akhirnya meleleh. Meskipun pada kecelakaan ini tidak terdapat korban jiwa, namun mempunyai arti yang sangat penting bagi industri nuklir. Sebelum kecelakaan itu, para ahli nuklir sangat yakin betul akan keamanan sebuah reaktor nuklir. Terjadinya kecelakaan ini telah membuka mata masyarakat luas dan para ahli bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan ternyata lebih besar daripada yang diperkirakan.

Kecelakaan terakhir dan terbesar terjadi pada tanggal 25-26 April 1986 di Chernobil, Uni Sovyet dahulu. Kecelakaan ini telah melibatkan secara langsung 135 ribu orang, 24.403 diantaranya dinyatakan terkena radiasi yang cukup berat, dan 29 orang menderita akibat yang fatal. Kecelakaan ini bermula dari rencana untuk mengadakan percobaan untuk mengetahui kemampuan reaktor dalam keadaan darurat. Kurangnya perencanaan matang dan belum mendapat ijin dari yang berwenang serta operator yang bertanggung jawab bukanlah seorang ahli dalam bidang nuklir, mengakibatkan reaktor tidak dapat dikontrol dengan baik.

Industri nuklir adalah industri yang paling banyak mencurahkan tenaga dan pikiran untuk masalah keamanan. Dari penelitian ahli, ditemukan satu titik persamaan bahwa salah satu penyebab utama dalam hampir semua kecelakaan adalah akibat faktor manusia. Hal ini mempunyai arti penting karena secara teori sebetulnya kecelakaan ini tidak semestinya terjasi. Dengan manajemen yang baik dan staf yang kompeten. Faktor ini dapat ditekan seminimal mungkin.

Terjadinya kecelakaan telah membawa pengaruh yang besar terutama mencakup tiga kategori yaitu: perubahan datam perusahaan (institusi), peralatan (equipment), dan cara kerja (operasional). Termasuk dalam kategori yang ketiga ini adalah faktor manusia, operator training, dan kesiap-siagaan dalam keadaan darurat (emergency preparedness).

Di samping faktor manusia, ditemukan pula bahwa terdapat kekurangan-kekurangan dalam desain yang dalam operasi normal tidak terlihat secara nyata, tapi dalam keadaan darurat menyebabkan situasi menjadi sukar diatasi. Setelah menyadari hal ini industri nuklir terus meningkatkan kesempurnaan desain. Selain itu dibentuk badan yang khusus bertugas mengontrol keamanan reaktor. Secara luas kecelakaan ini telah mengubah seluruh struktur, manajemen, dan operasi dari industri nuklir.

Sebagai contoh adalah Commonwealth Edison Company – perusahaan listrik ketiga yang terbesar di Amerika Serikat – yang 41% dari produksi listriknya dihasilkan dari reaktor nuklir telah memisahkan bagian yang bertanggung-jawab akan reaktor dengan bagian dari perusahaan lainnya. Dengan tindakan ini diharapkan bahwa perusahaan dapat mengambil keputusan yang lebih cepat dan efektif. Selain itu, dalam ruang pengontrol telah ditambah dengan teknologi komputer yang dilengkapi dengan layar pengontrol yang lebih canggih. Dengan demikian setiap keadaan yang tidak normal dapat diketahui dan dianalisa dengan cepat dan cermat agar dapat diambil tindakan yang diperlukan dengan segera.

Perubahan yang sangat penting adalah dalam program latihan (training program). Untuk menjadi operator dari sebuah reaktor nuklir kini dibutuhkan pendidikan khusus. Dalam program yang memakan waktu 3-10 tahun ini, seorang operator dilatih secara intensif di dalam maupun di luar kelas. Dengan peningkatan mutu latihan, diharapkan seorang operator dapat mengambil keputusan yang bijaksana dalam segala macam situasi darurat.

http://www.elektroindonesia.com/elektro/ener14.html

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi

SUTET adalah singkatan dari Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi dengan kekuatan 500 kV yang ditujukan untuk menyalurkan energi listrik dari pusat-pusat pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban sehingga energi listrik bisa disalurkan dengan efisien. Berbagai macam kekhawatiran muncul akan dampak SUTET terhadap kesehatan bagi penduduk yang tinggal di wilayah yang dilewati jalur SUTET.

Penelitian dan dampak

* Hasil penelitian yang sangat mempengaruhi pandangan masyarakat dunia tentang hubungan kanker otak pada anak dengan paparan medan elektromagnetik adalah hasil penelitian Wertheimer dan Leper tahun 1979, yang sempat menggoncangkan dunia karena risiko negatif yang dilaporkannya. Sejak penelitian tersebut, berbagai studi epidemiologi dan laboratorium lainnya dilakukan sebagai replikasi dan eskpansi penelitian Wertheimer di berbagai negara. Namun hasil yang didapat justru beragam, bahkan sebagian besar bersifat kontradiktif. Dilaporkan, studi Feyching dan Ahlboum, 1993, meta analisisnya merupakan penelitian yang mendukung hasil Wertheimer, sedangkan studi National Cancer Institute (NCI) tahun 1997 di Amerika Serikat, studi Kanada 1999, studi Inggris 1999-2000 dan studi Selandia Baru menemukan hasil yang tidak mendukung Wertheimer.

* Sebuah studi yang dilakukan oleh Dr. Gerald Draper dan koleganya dari Chilhood Cancer Research Group di Oxford University dan Dr. John Swanson, penasehat sains di National Grid Transco, menemukan bahwa anak-anak yang tinggal kurang dari 200 meter dari jalur tegangan tinggi, saat dilahirkan memiliki risiko menderita leukimia sebesar 70 persen daripada yang tinggal dari jarak 600 meter atau lebih. Ditemukan lima kali lipat lebih besar kasus leukimia pada bayi yang dilahirkan di daerah sekitar SUTET atau sebesar 400 dalam setahun dari 1 persen jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Secara keseluruhan, anak-anak yang hidupnya dalam radius 200 meter dari tiang tegangan tinggi sekitar 70 persen diantaranya terkena leukimia dan yang hidup antara 200-600 meter sekitar 20 persen dibandingkan dengan yang tinggal lebih dari 600 meter. Walaupun demikian, peningkatan risiko leukemia masih ditemukan pada jarak dimana besar medan listrik bernilai di bawah kondisi di dalam rumah, sehingga disimpulkan bahwa peningkatan risiko leukemia tidak diakibatkan oleh medan listrik atau medan magnet yang diakibatkan oleh SUTET.

* Berdasarkan hasil penelitian Dr. dr. Anies, M.Kes. PKK, pada penduduk di bawah SUTET 500 kV di Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, dan Kabupaten Tegal (2004) menunjukkan bahwa besar risiko electrical sensitivity pada penduduk yang bertempat tinggal di bawah SUTET 500 kV adalah 5,8 kali lebih besar dibandingkan dengan penduduk yang tidak bertempat tinggal di bawah SUTET 500 kV. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pajanan medan elektromagnetik yang berasal dari SUTET 500 kV berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada penduduk, yaitu sekumpulan gejala hipersensitivitas yang dikenal dengan electrical sensitivity berupa keluhan sakit kepala (headache), pening (dizziness), dan keletihan menahun (chronic fatigue syndrome). Hasil penemuan Anies menyimpulkan bahwa ketiga gejala tersebut dapat dialami sekaligus oleh seseorang, sehingga penemuan baru ini diwacanakan sebagai “Trias Anies”.

* Corrie Wawolumaya dari Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pernah melakukan penelitian terhadap pemukiman di sekitar SUTET. Hasilnya tidak ditemukan hubungan antara kanker leukemia dan SUTET.

* John Moulder mencoba menarik kesimpulan dari ratusan penelitian tentang dampak SUTET terhadap kesehatan. Moulder menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan sebab akibat antara medan tegangan listrik dan kesehatan manusia (termasuk kanker). Walaupun demikian medan tegangan listrik belum bisa dibuktikan benar-benar aman. Selain itu disepakati juga bahwa jika ada bahaya kesehatan terhadap manusia, maka itu hanya terjadi pada sebagian kecil kelompok.

* WHO berkesimpulan bahwa tidak banyak pengaruh yang ditimbulkan oleh medan listrik sampai 20 kV/m pada manusia dan medan listrik sampai 100 kV/m tidak mempengaruhi kesehatan hewan percobaan. Selain itu, percobaan beberapa sukarelawan pada medan magnet 5 mT hanya memiliki sedikit efek pada hasil uji klinis dan fisik.

http://id.wikipedia.org/wiki/Saluran_udara_tegangan_ekstra_tinggi

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!